komikuindo – Barasuara menjadi band yang sangat populer di skena indie di tahun 2015. Bahkan yang bukan dari skena indie pun mengenal band ini. band ini beranggotakan Iga Massardi (vokal dan gitar), TJ Kusuma (gitar), Gerald Situmorang (bass), Asteriska (vokal), Puti Chitara (vokal), dan Marco Steffiano (drum).
Band ini terbentuk awalnya atas ide dari Iga Massardi. Saat itu, awalnya ia ingin membuat proyek solo dengan lagu-lagu ciptaannya. Namun tanpa direncanakan, proyek ini lebih bagus dalam bentuk band. Ia mengajak TJ, Asteriska, Marco, dan Pandu Fuzztoni. Pandu yang juga adalah personil band Morfem awalnya bermain bass. Tetapi akhirnya digantikan oleh Gerald Situmorang. Lalu Puti masuk belakangan.
Semua personil band ini memiliki proyek masing-masing dalam karir musiknya. Iga dulunya pernah bermain dengan beberapa band seperti Soulvibe, The Trees and The Wild, dan Tika and The Dissidents. Asteriska dan Puti adalah penyanyi solo. Gerald memiliki proyek duo instrumental bernama Sketsa. Lalu ada Marco Steffiano yang adalah drummer dan produser Raisa.
Menunggang Badai bersama Barasuara
Karena latar belakang berbeda-beda dari setiap personil membuat warna musik Barasuara menjadi beragam. Total mereka sudah membuat dua album studio yaitu “Taifun” dan “Pikiran dan Perjalanan”. Kebanyakan lagu-lagu mereka ditulis oleh Iga dengan bahasa yang sangat puitis dan penuh makna. Mungkin dari pengaruh ayahnya yang adalah sastrawan Yudhistira ANM Massardi.
Mari kita bahas albumnya satu per satu.
Taifun
Album perdana mereka bertajuk “Taifun” berisi sembilan lagu yang ditulis oleh Iga Massardi yang dirilis tahun 2015. Dirilis oleh Juni Records, label bentukan Raisa yang bekerjasama dengan beberapa musisi ternama seperti Raisa, Barasuara, Kunto Aji, Dipha Barus, Ramengvrl, dan lain-lain.
Semua lagunya ditulis liriknya oleh Iga Massardi. Urutan track di albumnya dan makna dari lagunya adalah sebagai berikut.
- “Nyala Suara”
Lagu ini memiliki makna terhadap perasaan keinginan seseorang yang sering dipendam. Ketika seseorang memiliki tujuan, pemikiran, dan ide harus dikeluarkan. Kalau tidak itu akan jadi bara dalam sekam yang lama-lama akan meredup.
- “Sendu Melagu”
Ini lagu cinta. Semua akan terasa lebih berharga bila sudah tiada.
- “Bahas Bahasa”
Lagu ini tentang cara berkomunikasi. Dahulu orang jika ingin berkomunikasi harus bertemu. Sekarang bisa melalui chat dan mengirim ke banyak orang sekaligus.
- “Hagia”
Judul lagu ini diambil dari nama Hagia Sofia, bangunan yang pernah menjadi gereja dan masjid. Intinya kita masing-masing memiliki tujuan berdasarkan kepercayaan. Bagaimana kita menghormati dan berdampingan dengan orang lain dengan damai. Semua ajaran agama mengajarkan kebaikan walaupun tradisinya berbeda. Lagu ini ditutup oleh kutipan doa “Bapa Kami” yang terdapat pada Injil.
- “Api dan Lentera”
Jangan mau dibelenggu, keluarlah. Jangan biarkan bara kamu padam. Lakukan apa yang diyakini.
- “Menunggang Badai”
Liriknya bercerita tentang kesulitan seseorang terhadap kebencian diri sendiri dan orang yang hidup penuh kebencian.
- Tarintih
Bercerita tentang seorang ibu yang hamil dan melahirkan anak. Surga ada ditelapak kaki ibu menurut pandangan Islam. Dari sudut pandangan si anak yang sering berbuat salah mempertanyakan masih pantaskah mendapatkan surga itu?
Kata “Tarintih” adalah singkatan dari tarian dan rintihan. Dimana “tarian” mengartikan kesenangan dan “rintihan” mengartikan menyadari kesalahan dalam perkembangan hidup kita.
- Mengunci Ingatan
Di lagu ini menceritakan kita yang ingin melupakan sesuatu yang menyakitkan dan kenangan buruk yang terjadi.
- Taifun
Pesan dari Iga untuk anaknya, terkadang hidup harus berhenti berlari, mulai berjalan dan menerima diri sendiri.
Ada dua lagu yang resmi menjadi single di album ini yaitu “Bahas Bahasa” dan “Sendu Melagu”.
Pikiran dan Perjalanan
Album kedua resmi rilis di 2019 dengan tajuk “Pikiran dan Perjalanan. Sebelum album ini rilis, lagu “Guna Manusia” sudah dilepas sebagai single. Di beberapa lagu yang ada di album ini beberapa sudah pernah dinyanyikan di atas panggung. Seperti lagu “Samara” yang pernah dibawakan di Taifun Tour tahun 2016 dan sepenggal lagu “Tentukan Arah”.
Album ini menjadi album yang menggambarkan seluruh personil Barasuara dibandingkan dengan album sebelumnya. Karena di album ini, semua personil terlibat dalam penulisan lagu tidak seperti “Taifun” yang hanya ditulis oleh Iga. Iga juga menyatakan di album ini, Barasuara lebih kolaboratif.
Album ini dirilis di bawah label Darlin Records, tidak seperti album sebelumnya oleh Juni Records. Beberapa musisi terlibat dalam membuat album ini, seperti Baskara Putra (.Feast) sebagai pengarah artistik dan Stephan Santoso sebagai mastering.
Total ada sembilan lagu di album ini, inilah urutan lagu di album tersebut.
- Seribu Racun
- Pikiran dan Perjalanan
- Guna Manusia
- Pancarona
- Tentukan Arah
- Masa Mesias Mesias
- Haluan
- Samara
- Tirai Cahaya
Di lagu “Masa Mesias Mesias” berisi tentang orang-orang yang berlomba-lomba menjadi juru selamat padahal yang harus diselamatkan adalah diri mereka sendiri. Lagu “Samara” liriknya menyebutkan nama seperti Samara artinya dilindungi Tuhan, Ani dicerminkan sebagai perempuan yang cantik, dan Jiyana adalah kekuatan.
Lagu “Pikiran dan Perjalanan” mengisahkan kita selalu menemui persimpangan dan harus memilih jalan yang mana. Kita harus memilih jalan kita sendiri walau pengaruh eksternal sangat kuat. Lalu di lagu “Tentukan Arah” sebenarnya adalah lagu lama yang saat itu tergabung dengan lagu “Sendu Melagu”. Namun karena terlalu panjang akhirnya dipisah jadi dua lagu.
Lagu “Guna Manusia”, Gerald menjelaskan bahwa lagu ini garis besarnya hanya dibuat selama 5-10 menit saja. Lagu “Seribu Racun” menceritakan tentang depresi.
Menunggang Badai bersama Barasuara
Perjalanan Barasuara @BARA SUARA menjadi band indie besar berawal dari kolaborasinya dengan band Efek Rumah Kaca di akun Youtube Sound From The Corner. Mereka berkolaborasi membawakan lagu dari kedua band itu. Dengan rilisnya video tersebut, mereka jadi dilirik dari kalangan anak muda yang menjadi fansnya.
Di 2016, mereka semakin populer dengan melakukan konser tur yang mereka beri nama “Taifun Tour” di beberapa kota, yaitu Yogyakarta, Malang, Surabaya, Surakarta, Bandung, dan Jakarta. Di tour ini semua penjualan tiket habis terjual. Di konser ini pula beberapa lagu di album “Pikiran dan Perjalanan” dibawakan.
Dari kepopulerannya saat itu, terbentuklah para “Penunggang Badai” yaitu sebutan fans Barasuara. Ada hal unik yang dilakukan para personil Barasuara saat mereka manggung. Semua personil menggunakan outfit yang hampir selalu sama dipakai saat manggung di era album Taifun.
Iga selalu memakai batik, TJ memakai kemeja berwarna gelap, Gerald memakai kaos longsleeve warna merah bertuliskan “lincah”, “lisoi”, “gesit”, dan lain-lain. Marco menggunakan hoodie bertuliskan “hope”. Untuk Asteriska dan Puti outfit mereka lebih beragam.
Baca Juga
Perjalanan Paramore Band Rock 2004 Banyak Penggemarnya
IZ*ONE: Alasan Kamu Harus Dukung Girl Grup Ini
Avril Lavigne – Punk Princess dari Tahun 2002 Berani Gabrak Dunia Musik